Badanku bergetar, nafasku tak beraturan. Jantungku bergetak kencang tak menentu. Dimalam yang sepi dan senyap, pacarku mengajakku ketempat yang sepi di pantai parangtritis.
Ku coba melihat sekeliling,,,tak ada satupun makhluk, yang ada hanyalah bertemankan sepi dan gelapnya malam. Angin bersemilir,,menyapu muka, ombak menderu-menderu beralunan. Menambah mesranya suasana malam.
Aku sedikit terkejut, saat ku tatap jam yang melingkar dilengan, ternyata waktu menunjukkan pukul sepuluh lebih lima belas menit.
Aku menelan ludah,,,,ini tidak mungkin, aku terus bertanya-tanya dalam hati kecilku “perasaan baru satu jam aku di Parangtritis ini,,ternyata sudah satu jam berlalu”
“pram,,kenapa dari tadi diam saja??,”Tanya Ningsih.
“ngak ada apa-apa kok..,??,” jawaebku..dengan nada liirih.
“senyum dong??
“hehehhehe,,,,
Kucoba untuk tersenyum, kucuri-curi pandang menatap wajahnya. Subhanalooh,,,sungguh cantik benar,, ningsih. Mukanya merah berseri sekali, bibirnya tipis mungil menggoda, membuat semua orang ingin untuk mengecupnya.
Baca Juga :
Parasnya indah natural,seperti tanpa menyembunyikan sesuatu. Sungguh sempurna,,ditambah lagi memakai baju merah, ala-ala girl band Korea. Memakai high hill tinggi, syal pink melingkar di lehernya,.sungguh annggu,,
Ningsih bagaikan artis idolaku,,ia mirip seperti Anisa Cherybelle, kalau di sandingkan mungkin mereka seperti pinang dibelah dua, mungkin lebih cantik sedikit.
Sungguh bahagia hatiku dapat memilikinya, aku kenal dengannya di alun-alun kidul. Kala itu aku sedang jajan-jalan,,mengabiskan malamku yang sepi,,tiba-tiba ada seorang yang tak sengaja ku tabrak, dan orang itu adalah ningsih. Aku minta maaf kepadanya, aku merasa bersalah telah menabraknya.
Untuk menebus kesalahanku, kuantarkan ia pulang ke kosnya.
Ternyata kosnya agak sedikit jauh, terletak dekat jalan malioboro paling ujung utara dekat pasar kembang, tetapi agak masuk kegang.
Setelah sampai dikosnya, kusuruh ningsih untuk istirahat, mungkin badannya sakit semua, setelah ku tabrak tadi.
“kamu istirahat saja ya?
“iya,” jawab ningsih dengan senyum manis.
Pagi harinya kusempatkan untuk mampir ke kosnya, tidak lain hanyalah untuk memastikan kesehatan ningsih.
Tidak hanya itu, kubawakan parcel buah-buahan serta seuntai bungan untuknya. Dari kejadian itu kini aku semakin akrab dengannya. Tak jarang, empat kali dalam seminggu kusempatkan untuk menyambangi kosnya, hanya sekedar untuk ngobrol-ngobrol.
Sejak peristiwa malam itu, kini kita mulai semakin akrab, aku mulai nyaman dengannya. Rasa ketertarikanku padanya mulai tumbuh, benih-benih cinta itu mulai bersemi. Hasratku untuk mecintainya kini muncul.
Kucoba untuk memberikan perhatian penuh padanya..sesekali kurayu dengat rayuan mautku, agar iya tau aka isi hatiku.
Baca Juga :
Ternyata kalau emang jodoh tidak kemana. Nigsih merespon positif perlakuanku. Dia hanya melontarkan senyum sumringah, yang itu tandanya ia juga tertarik kepada.
Akhirnya ku beranikan diri untuk mengungkapkan perasaaku secara langsung. Kuajak ia ke mall Ambarukmo.
Kupesan dua kursi yang sepesial di restoran yang eksklusif. Ku ubah suasananya menjadi
Sedimikian romantis. Pendek cerita aku menembaknya dan ia menerimanku.
Nisngsih bagaikan malaikat yang diciptakan untukku , pengubah hidupku. Sejak aku kenal dengannya, kini hidupku menjadi berubah, sedikit teratur. Aku sekarang jadi rajin sholat, dan rajin masuk kulah.
Jujur saja. sebelum aku mengenalnya, hidupku berantakan. Jangankan untuk sholat, mengingat Allah saja aku enggan. Hidupku terombang-ambing di tengah lautan kehidupan. Tak tentu arah, jiwaku goyah. ‘disaat aku gundah, ku lampiaskan ke minuman keras, tak jarang aku diajak temanku untuk mbolos kuliah, dan malamku selalu ditemani gemerlapnya lampu diskotik. Hidupku selalu bebas dan lepas tak terkendali.
Aku bagaikan burung jalang yang lepas dari sangkar, Bebass......!!! hidupku tak ada yang mengatur. Terkadang aku merasa kesepian disaat bnyak orang lain disekelilingku.
Teman, sahabat, dan ibu kosku,,hanyalah,,,,kuanggap sebagai sasaran untuk meluapkan emosi saja ketika aku sedang kesal dengan kehidupan ini.
Aku menjadi seperti ini bukan tanpa sebab. Dulu sejak aku masih kecil, kira-kira umur sembilan tahunnan. Kelas tiga SD lah. Kehidupan keluargaku berantakan. Usaha ayahku bangkrut, hidup kami menjadi kececeran, serba kekurangan, hutang selalu melilit keluargaku dan masih banyak lagi masalah yang nenderu datang.
Dengan keadaan tersebut, ayah dan ibu selalu bertengkar, saling bercecok adu argumentasi demi kepentingan egonya masing-masing. Dan parahnya mereka main fisik saat bertengkar.
Jiwaku tertekan saat itu. Aku yang berumurkan sembilan tahun, harus terhanyut kedalam lembah kerasnya keghidupan. Merasakan goncangan yang sangat kuat, dan siap tak siap, aku harus menerimanya. Tak jarang diruku selalu dipersalahkan. Aku dianggap sebagai biang keladi penyebab semuannya.
Lebih parahnya lagi, suatu ketika ayahku jatuh sakit, ibuku malah meninggalkan aku dan ayahku yang tak berdaya. Ia selingkuh dengan mantan pacarnya dulu. Katanya ia tak sanggup lagi hidup serba kekurangan.
Ia juga pernah berkata kepadaku. Kata itu tak pantas dilontarkan kepada anak-anak seusiaku pada saat itu. apalagi dengan membentak-bentak dengan nada yang tinggi.
“,kamu pergi keneraka saja,.bersama ayahmu,yang mantan bandar miras dan sakit-sakitan itu,,,,tak usah cari-cari ibu lagi....!!!!!!,”
Sunguh teriris-iris hatiku saat itu,,sakit,,,sakit,,,sekali. Pecah berkeping-keping. Menangis yang hanya bisa kulakukan saat itu. ku mencoba melawan, meronta-ronta, tapi apa daya,,jiwaku masih terlalu dini untuk tetap bisa tegar.
Baca Juga :
Sejak kejadian itu, aku menjadi benci dengan namanya cinta. Sangat benci sekali!!
Dan kata-kata yang dilontarkan kepadaku, selalu membekas menorehkan luka . selalu menjadi bara api yang selalu menyala-nyala.
Setelah peristiwa itu, kemudian aku diadopsi oleh pamanku. Ia adalah seorang onggota TNI. Karena kedisiplinannya yang tinggi, kadang-kadang aku diperlakukan seperti para taruna yang harus hidup disiplin dan penuh tanggung jawab.
Aku tumbuh menjadi anak yang introvet dan trempamental. Tak jarang aku mudah ter -singgung dan cepat marah gara-gara hal sepele saja.
Emm....itulah sepenggal masa laluku yang suram, pedih,,,sedih sekali aku mengingatnya. Tak jarang air mata ini menetes ketika aku mengenagnya.
Tapi itu dulu, masa lalu biarlah masa lalu, biarakan menjadi sejarah hidupku, biarlah menjadi cerminan diri untuk menatap masa depan. Karena masa depan masih misteri. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita kelak. Aku sudikit demi sedikit
mencoba untuk melupakannya. Setidaknya untuk dua bulan ini, setelah aku kenal dengan kekasihku “Ningsih”
Ia bagaikan malaikat penyelamat hidupku. Dia wanita pertama kali yang aku cintai.
Entah,,,mengapa aku mencintainya,,,dia telah mampu menghipnotisku, sehingga aku bisa sedikit melupakan kenangan-kenangan suramku.
Kini hidupku dihiasi dengan senyuman, tak jarang di setiap Sholatku ku panjatkan doa kepada Allah agar dia menjadi pendamping hidupku.
Hay nglamun saja ,,,!”, ningsih mengejudkan.
Sontak aku terkejut sekali. Dengan terbata-bata kemudian aku menjawab,” e,,e,,ngak kok.
Sayang...maukah kau janji padaku,”tanya Ningsih. Dengan rasa penasaran aku menjawab,” janji apa?. Kemudian ia berkata,” berjanji untuk menjadikanku sebagai cinta pertama dan cinta terakhirmu.
Ningsih,,,?? Dengarkan ucapanku ini. tanpa kau minta pun,,,aku sudah menggap dirimu cinta pertama dan cinta terakhirku. Aku sangat sayang padamu, kamu beda,,kamu mampu merubah hidupku, dan aku berharap kamu menjadi pendamping hidupku kelak.,’’ jawabku dengan jelas penuh keyakinan.
Kemudian muka ningsih merah berseri-seri,,,kelihatannya ia bangga sekali. Terima kasih sayang,’’ timpal nigsih dengan memelukku erat.
Kemudian kamu melanjukkan kencang kami. Kami saling share tentang kegiatan-kegiatan kuliah kami masing-masing, lalu berganti topik yang lain,,ngomongin gosip-gosip yang lagi hangat, atau hal-hal yang lagi mainstrim saat ini.
Baca Juga :
Selang 30 menit, kemudian handphone ku berbunyi. Nampakya ada sebuah pesan singkat. Aku tak tahu itu dari siapa. Yang jelas nomornya baru. Mungkin teman lamaku,” pikirku.
Kemudian aku mngambil handphone dari kantang dan membacanya. Sontak aku terkejut,,,sms itu berisi.
Hai,,,mas Pramono yang terhomat.
Saya berpesan kepada anda,,tolong berhati-hati dengan Ningsih.
Karena dia adalah seorang mantan wanita penghibur
Dari saya
Mantan/ korbanya
Sekali lagi aku terkejut membacanya, aku mengerutkan dahi, tanpa basa-basi aku menunjkkan sms itu kepada ningsih.
Tolong kamu baca sms ini,,.”aku menyodorkan hanphoneku padanya.
Muka ningsih berubah menjadi merah padam membaca sms itu. dengan nada terbata-bata dan ketakutan,ia berkata,” pram,,,jangan percaya dengan sms ini. ini semua adalah bohong!!. Mungkin ada seseorang yang tidak suka dengan hubungan kita selama ini. percayah ...percaya padaku, jangan percaya dengan sms ini.
Tidak...!!! kamu yang bohong, jelas-jelas ada buktinya,,,mantanmu sendiri yang bilang kepadaku...ternyata selama ini kamu adalah,,,,??...sudahlah aku sudah muak denganmu...kupikir selama ini kamu wanita baik-baik. Ternyata,,,,??. Mulai sekarang kita putus.
Aku marah sekalai dengannya,, hatiku kecewa sekali,,tanpa pikir panjang,,,aku langsung meningalkannya begitu saja. Lalu nigsih nangis-tersedu-sedu.
Setelah kejadiaan malam itu,,,aku tdak lagi pernah berhubungan lagi dengan ningsih. Saat dia sms aku tidak membalasnya, saat dia dia telfon aku tak mengangkatnya. Selang beberapa hari kulihat,,,emailku ternyata ada sebuah pesan dari nigngsih yang berisi.
Assalamuallaikum wr, wb.
Pram tersayang,
Kalau aku boleh jujur padamu, apa yang dikatakan lewat sms pada malaam itu, memang benar adanya. Aku dulu adalah seorang wanita penghibur. Semua itu kulakukan karena keadaan keluargaku yang hancur.
Kalau kamu marah kepadaku silakan...aku terima..
Tetapi perlu kamu ingat, itu dulu.. pram.. sekarang tidak . semenjak aku kenal kamu,,,sekarang aku berubah dan meninggalkan masa lalu itu.
Kamu pernah bilang kepadaku...bahwa aku ini sebagai pengubah hidupmu,,
Begitu juga halnya dengan kamu. Kau adalah pengubah hidupku.
Aku sangat mencintaimu pram...
Sekali lag iaku minta maaf....
Ningsih
No comments:
Post a Comment