Palembang - Kota Palembang, Sumsel sempat gelap sekitar 1 menit 20 detik saat gerhana matahari total. Uniknya, masih ada masyarakat melihat gerhana dengan pantulan lewat air dalam baskom.
Ribuan masyarakat Palembang tumpah riah di Jembatan Ampera untuk menyaksikan fenomena alam gerhana matahari. Namun demikian, masih ada sekelompok masyarakat yang tak berani melihat langsung fenomena itu dengan kasat mata.
Ada sekelompok warga yang masih tradisional melihat matahari lewat ember yang diisi air. Lewat baskom air, pantulan gerhana dilihat dari bejana tersebut.
"Mereka ini tak punya alat kacamata khusus untuk melihat gerhana matahari. Jadi masih ada yang tradisional melihat fenomena itu lewat baskom berisi air," kata Kasat Reskrim Polresta Palembang, Kompol Maruly Pardede kepada detikcom, Rabu (9/3/2016).
Menurut Maruly, tradisi melihat gerhana matahari lewat ember berisikan air dilaksana warga Kampung Arab 13 Ulu kawasan Kertapati, Palembang. Terlihat warga sekitar menaruh baskom berisi air di halaman rumah mereka. Mereka sembari berzikir melihat fenomena alam itu.
Lantas mengapa harus memakai air dalam bejana? Menurut Hj Fauziah (65) warga Palembang, bahwa dulu ada mitos bila melihat langsung gerhana matahari akan terjadi buta. Sehingga ada tradisi untuk melihat gerhana harus menggunakan pantulan lewat air dalam bejana.
"Jadi dulu memang ada mitos, kalau melihat gerhana langsung akan terjadi kebutaan," kata Fauziah.
Dulu masyarakat sangat takut dengan gerhana matahari. "Dulukan masyarakat takut untuk melihat langsung gerhana matahari," kata Fauziah.
(cha/dra)
Ribuan masyarakat Palembang tumpah riah di Jembatan Ampera untuk menyaksikan fenomena alam gerhana matahari. Namun demikian, masih ada sekelompok masyarakat yang tak berani melihat langsung fenomena itu dengan kasat mata.
Ada sekelompok warga yang masih tradisional melihat matahari lewat ember yang diisi air. Lewat baskom air, pantulan gerhana dilihat dari bejana tersebut.
"Mereka ini tak punya alat kacamata khusus untuk melihat gerhana matahari. Jadi masih ada yang tradisional melihat fenomena itu lewat baskom berisi air," kata Kasat Reskrim Polresta Palembang, Kompol Maruly Pardede kepada detikcom, Rabu (9/3/2016).
Menurut Maruly, tradisi melihat gerhana matahari lewat ember berisikan air dilaksana warga Kampung Arab 13 Ulu kawasan Kertapati, Palembang. Terlihat warga sekitar menaruh baskom berisi air di halaman rumah mereka. Mereka sembari berzikir melihat fenomena alam itu.
Lantas mengapa harus memakai air dalam bejana? Menurut Hj Fauziah (65) warga Palembang, bahwa dulu ada mitos bila melihat langsung gerhana matahari akan terjadi buta. Sehingga ada tradisi untuk melihat gerhana harus menggunakan pantulan lewat air dalam bejana.
"Jadi dulu memang ada mitos, kalau melihat gerhana langsung akan terjadi kebutaan," kata Fauziah.
Dulu masyarakat sangat takut dengan gerhana matahari. "Dulukan masyarakat takut untuk melihat langsung gerhana matahari," kata Fauziah.
(cha/dra)
No comments:
Post a Comment